SAM POO KONG
Jum'at, 13 Mei 2016
Pagi-pagi sekitar pukul 7.30 suara hape bergetar, brrrr brrr brrrrr.. saya kira sms dari operator karena sudah lama tidak mendapatkan pesan selain dari operator (#curnyol=curhatan konyol). Namun kali ini teman saya dari Kakak Kedua dari klan Annindita yang mengirim pesan tersebut yang sepertinya dalam keadaan sumpeg bekerja. Bagai alu bersambut, karena juga sedang bosan bosannya akhirnya kami sepakat untuk "berziarah" ke situs Sam Poo Kong, Semarang. Bosan juga si, karena minggu kemarin pun sudah ke tempat ini, namun tak apa lah, beda orang beda juga pengalamannya.
Sam Poo Kong merupakan salah satu objek wisata religi bagi Masyarakat Tionghoa di Semarang karena digunakan sebagai tempat beribadah. Namun selain digunakan sebagai tempat wisata, Sam Poo Kong juga ramai dikunjungi orang untuk berforo ria karena memiliki suasana dan pemandangan yang cukup menarik. Seperti bangunan peribadaatan Masyarakat Tionghoa lainnya, Sam Poo Kong didominasi warna merah dan emas pada setiap dinding dan tiang bangunannya. Selain digunakan tempat peribadatan Masyarakat Tionghoa, ternyata Sam Poo Kong merupakan tempat mendaratnya dan bersinggahnya Laksamana Tiongkok yang beragama Islam bernama Zhen He / Cheng Ho. Jadi tempat ini dapat menjadi gambaran betapa beragamnya Islam.
Awal memasuki pintu masuk, pengunjung harus membayar tiket masuk seberar Rp 5000 untuk orang dewasa dan Rp.3000 untuk anak anak. Karena kami berdua sudah dewasa, kami harus membayar sejumlah Rp.11.000 untuk masuk, yang seribu rupiah ternyata untuk parkir motor. Ya, tempat ini tidak ada pungutan parkir liar sehingga harga parkir pun sesuai standard. Memasuki Kompleks Sam Poo Kong akan disambut rimbun pohon dengan barisan barisan kursi dibawahnya. Sangat silir duduk di sini pada siang yang terik, seperti hari ini. Sembari duduk menikmati sejuknya angin di tengah panasnya Kota Semarang, senjata bagi para wisatawan pun disiapkan, kamera. Bermodal kamera pinjaman teman saya, Jamal, mencoba untuk mengabadikan momen dan mencari momen-momen menarik yang dapat menjadi objek yang menarik.
Selesai beristirahat mulailah perjalan mengelilingi penjuru Sam Poo Kong ini. Dan Bangunan Merah besar diseberang kolam ikan yang menyerupai sungai menarik perhatian kami. Bangunan ini ternyata tempat peribadatan, dan apabila ingin masuk harus ada biaya tambahan sebesar Rp.20.000 tiap kepala. Apabila ingin berfoto menggunakan kostum ala Bangsa Tionghoa juga ada jasa penyewaan kostum, tapi sayang lupa bertanya berapa tarif sewanya. Di Kompleks peribatatan ini ada dua tiga bangunan utama disini yang semuanya digunakan untuk tempat beribadat. Di belakang bangunan utama yang paling besar, terdapat cerita awal mula Laksamana Cheng Ho mendarat di sini. Di Bangunan yang paling besar ini jugalah ada sebuah Ruang Bawah tanah yang digunakan untuk bersembahyang, karena tidak bersembahyang kami tidak bisa memasukinya. Banyak spot menarik untuk berselfie ria di area ini.
Keluar dari area peribadatan, perjalanan berlanjut ke Gerbang dan Patung Raksasa. Ya, benda berukuran besar ini berada di sisi selatan kompleks Sam Poo Kong. Patung Laksamana Cheng Ho berukuran hampir 10 m berdiri gagah di depan Gerbang besar yang juga berukuran sekitar 10 m. Spot ini juga menjadi background bagi para pemburu foto exist. Pindah ke arah timur dari patung, ada sebuah bangunan megah yang sepertinya digunakan sebagai aula atau pun panggung untuk sebuah pertunjukkan. Bangunan ini dipenuhi banyak tiang berwarna merah dan di depannya ada lahan yang luas yang hampir selapangan futsal.
Selesai berkeliling, haus pun mulai terasa. Bagi yang merasa lapar, haus, dan ingin membeli souvenir, ada gerai khusus yang menjualnya. Gerai yang berada di dekat pintu masuk ini menjual minuman, makanan, dan berbagai macam souvenir yang bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh. Harganya lumayanlah, namanya juga tempat wisata.
Sayangnya masih ada beberapa oknum yang meninggalkan sampah mereka di tempat yang tidak seharusnya. Namun sepertinya pengelola sangat menjaga kebersihan tempat ini karena tempat ini sangat bersih walaupun ada oknum pembuang sampah sembarangan.
Perjalanan kali ini berakhir di Bakmi Djowo Doel Noemani yang berada di depan Paragon Mall. Dari kata Toeman (Ejaan lama dari Tuman) yang berarti ketagihan memang pantas disematkan di rumah makan yang menjual berbagai macam mie dan nasi goreng ini. Rasanya yang enak tidak berubah dari awal saya di Semarang, sekitar 5 tahun lalu, hingga sekarang.
Jum'at, 13 Mei 2016
Pagi-pagi sekitar pukul 7.30 suara hape bergetar, brrrr brrr brrrrr.. saya kira sms dari operator karena sudah lama tidak mendapatkan pesan selain dari operator (#curnyol=curhatan konyol). Namun kali ini teman saya dari Kakak Kedua dari klan Annindita yang mengirim pesan tersebut yang sepertinya dalam keadaan sumpeg bekerja. Bagai alu bersambut, karena juga sedang bosan bosannya akhirnya kami sepakat untuk "berziarah" ke situs Sam Poo Kong, Semarang. Bosan juga si, karena minggu kemarin pun sudah ke tempat ini, namun tak apa lah, beda orang beda juga pengalamannya.
Sam Poo Kong merupakan salah satu objek wisata religi bagi Masyarakat Tionghoa di Semarang karena digunakan sebagai tempat beribadah. Namun selain digunakan sebagai tempat wisata, Sam Poo Kong juga ramai dikunjungi orang untuk berforo ria karena memiliki suasana dan pemandangan yang cukup menarik. Seperti bangunan peribadaatan Masyarakat Tionghoa lainnya, Sam Poo Kong didominasi warna merah dan emas pada setiap dinding dan tiang bangunannya. Selain digunakan tempat peribadatan Masyarakat Tionghoa, ternyata Sam Poo Kong merupakan tempat mendaratnya dan bersinggahnya Laksamana Tiongkok yang beragama Islam bernama Zhen He / Cheng Ho. Jadi tempat ini dapat menjadi gambaran betapa beragamnya Islam.
| Close Up Patung Laksamana Cheng Ho |
Awal memasuki pintu masuk, pengunjung harus membayar tiket masuk seberar Rp 5000 untuk orang dewasa dan Rp.3000 untuk anak anak. Karena kami berdua sudah dewasa, kami harus membayar sejumlah Rp.11.000 untuk masuk, yang seribu rupiah ternyata untuk parkir motor. Ya, tempat ini tidak ada pungutan parkir liar sehingga harga parkir pun sesuai standard. Memasuki Kompleks Sam Poo Kong akan disambut rimbun pohon dengan barisan barisan kursi dibawahnya. Sangat silir duduk di sini pada siang yang terik, seperti hari ini. Sembari duduk menikmati sejuknya angin di tengah panasnya Kota Semarang, senjata bagi para wisatawan pun disiapkan, kamera. Bermodal kamera pinjaman teman saya, Jamal, mencoba untuk mengabadikan momen dan mencari momen-momen menarik yang dapat menjadi objek yang menarik.
| Spot di depan Area Peribadatan |
Selesai beristirahat mulailah perjalan mengelilingi penjuru Sam Poo Kong ini. Dan Bangunan Merah besar diseberang kolam ikan yang menyerupai sungai menarik perhatian kami. Bangunan ini ternyata tempat peribadatan, dan apabila ingin masuk harus ada biaya tambahan sebesar Rp.20.000 tiap kepala. Apabila ingin berfoto menggunakan kostum ala Bangsa Tionghoa juga ada jasa penyewaan kostum, tapi sayang lupa bertanya berapa tarif sewanya. Di Kompleks peribatatan ini ada dua tiga bangunan utama disini yang semuanya digunakan untuk tempat beribadat. Di belakang bangunan utama yang paling besar, terdapat cerita awal mula Laksamana Cheng Ho mendarat di sini. Di Bangunan yang paling besar ini jugalah ada sebuah Ruang Bawah tanah yang digunakan untuk bersembahyang, karena tidak bersembahyang kami tidak bisa memasukinya. Banyak spot menarik untuk berselfie ria di area ini.
| Tempat Peribadatan |
Keluar dari area peribadatan, perjalanan berlanjut ke Gerbang dan Patung Raksasa. Ya, benda berukuran besar ini berada di sisi selatan kompleks Sam Poo Kong. Patung Laksamana Cheng Ho berukuran hampir 10 m berdiri gagah di depan Gerbang besar yang juga berukuran sekitar 10 m. Spot ini juga menjadi background bagi para pemburu foto exist. Pindah ke arah timur dari patung, ada sebuah bangunan megah yang sepertinya digunakan sebagai aula atau pun panggung untuk sebuah pertunjukkan. Bangunan ini dipenuhi banyak tiang berwarna merah dan di depannya ada lahan yang luas yang hampir selapangan futsal.
| Si Kakak Kedua dari Klan Annindita |
Selesai berkeliling, haus pun mulai terasa. Bagi yang merasa lapar, haus, dan ingin membeli souvenir, ada gerai khusus yang menjualnya. Gerai yang berada di dekat pintu masuk ini menjual minuman, makanan, dan berbagai macam souvenir yang bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh. Harganya lumayanlah, namanya juga tempat wisata.
Sayangnya masih ada beberapa oknum yang meninggalkan sampah mereka di tempat yang tidak seharusnya. Namun sepertinya pengelola sangat menjaga kebersihan tempat ini karena tempat ini sangat bersih walaupun ada oknum pembuang sampah sembarangan.
Perjalanan kali ini berakhir di Bakmi Djowo Doel Noemani yang berada di depan Paragon Mall. Dari kata Toeman (Ejaan lama dari Tuman) yang berarti ketagihan memang pantas disematkan di rumah makan yang menjual berbagai macam mie dan nasi goreng ini. Rasanya yang enak tidak berubah dari awal saya di Semarang, sekitar 5 tahun lalu, hingga sekarang.

0 comments:
Post a Comment