MUSEUM KERETA API - Kamis, 19 Mei 2016
Waktu masih menunjukkan pukul 13.15 dan masih enggan untuk merapat ke peraduan. Merah pun aku gas kembali ke arah Ambarawa. Museum Kereta Api lah tujuanku selanjutnya. Ide ini datang begitu saja ketika melihat rel kereta api yang ada di jalan yang aku lewati tadi.
Museum Kereta Api berada di dekat Monumen Palagan Ambarawa, hanya sekitar 1 km. Apabila dari arah Semarang masuk ke Arah Ambarawa kota hingga Palagan Ambarawa, lalu ambillah arah ke Kiri (Arah Banyubiru). Berada persis di jalan utama sehingga mudah untuk diketahui.Untuk memasuki Museum Kereta Api, teman-teman hanya perlu membayar Rp. 10.000 untuk dewasa dan Rp. 5.000 untuk anak kecil di bawah 5 tahun. Parkir Sepeda motor Rp.2.000, entah per jam atau pun selama parkir saya lupa konfirmasi (ehehehe).
keluar dari Loket tiket, teman-teman akan langsung disambut lorong khas sebuah stasiun yang panjang dan bejejer tiang-tiang kayu, pas lah buat para hobi selpi. Setelah itu, berjejer banyak lokomotif dengan jenis yang berbeda-beda yang sudah pensiun di sebelah lorong. Ada juga tembok yang ditempeli berbagai informasi mengenai dunia perkeretaapian di Indonesia. keluar dari Lorong anda akan disapa oleh papan penunjuk jalan yang modern seperti papan penunjuk jalan yang ada di stasiun saat ini.
 |
| Dinding Informasi Perkertaapian Indonesia |
 |
| Barisan Lokomotif berjajar di sisi lorong |
Di ujung lorong terdapat sebuah mushola yang cukup luas dan di samping kanan mushola ada ruangan untuk menyimpan alat-alat perkeretaapian sepeti mesin ketik, lampu kereta, topi masinis, dan telepon. Semua ruangan ini selalu terbuka dan pengunjung bebas untuk keluar masuk ke ruangan ini. Tidak jauh dari ruangan ini, ada beberapa pohon kelengkeng yang rindang dengan beberapa bangku dari kayu bekas bantalan Rel kereta, cocok untuk beristirahat dan terlihat sangat antik.
 |
| mari rehat sejenak |
Ada juga bangunan yang terlihat kuno dan terdapat tulisan "TEKARAN", entah fungsinya apa, namun sepertinya digunakan sebagai gudang perlengkapan kereta pada jaman dulu. Di belakang bangunan kuno tadi juga terdapat lokomotif yang sepertinya masih bisa digunakan dan beberapa alat sperti "crane". Ya memang tidak adanya Guide yang
standby mendampingi wisatawan dalam menjelaskan informasi terkait objek di museum membuat pengunjung kurang bisa mendapatkan informasi secara maksimal, walau pun ada beberapa objek yang dilengkapi papan informasi namun keberadaan Guide akan sangat membantu.
 |
| Bangunan lawas entah untuk apa |
 |
| bangkai kereta di belakang gudang tua |
Tidak jauh dari lokasi ini, ke arah timur, ada bangunan yang masih digunakan sebagai stasiun wisata yang masih aktif melayani penumpang kereta wisata. Kereta wisata aktif hanya pada hari minggu, namun sepertinya dapat melakukan reservasi, karena ketika saya datang pun ada serombongan anak SD dari Bogor yang baru turun dari Kereta Wisata. Pada hari minggu, pengunjung dapat naik kereta wisata dengan membayar Rp.50.000 per orang. Pengunjung akan diajak menyusuri jalur kereta hingga Stasiun Tuntang atau sekitar 5 km dari Museum Kereta Api. Di dekat Stasiun berjejer pula gerbong-gerbong yang masih terawat dengan baik dan dapat dimasuki pengunjung sesuka hati.
 |
| Peron stasiun kereta wisata |
 |
| Bangunan Loket Demak |
 |
| Nampak dalam gerbong kereta |
 |
| numpang ngaso |
Capek berkeliling akhirnya memutuskan untuk tidur sejenak di lokomotif dan terbangun ketika ada keluarga yang menghampiri gerbong. Setengah jam ternyata sudah berlalu, (wkwkwkwk..), entah apa yang orang pikirkan tentang seorang pemuda yang tidur di lokomotif kereta, gelandangankah, pemulungkah, pengemiskah, tapi bukan, aku hanyalah seorang Bencoleng.. hahaha
0 comments:
Post a Comment