Masjid Menara Semarang - Jumat, 21 Mei 2016
Panas, panas, panas, badan ini pusing, pusing, pusing, ooooohh..
Haduuh hari ini Semarang panas lebih dari biasanya, ya mungkin hal ini dikarenkan saya keluar ketika jam 12 siang. Tidak rekomended lah keluar ketika jam 12 siang di Semarang. Pusing, yaa pusing, keluar siang bolong untuk menginterview UKM makanan tapi ternyata orang yang ingin ditemui justru keluar kota, lengkap sudah. Lalu harus kemanakah saya hari ini? jam 3 sudah ada janji untuk mengantar seseorang dan pulang pun akan memakan waktu dan tenaga. Ya sudahlah saya jalan-jalan dulu.
Dari arah Sampangan dimana saya berada, lalu saya jalankan si Merah menuju arah Banjir Kanal Timur Semarang, yang katanya sedang ada Festival Banjir Kanal, berharap ada sesuatu yang menarik untuk
killing time. Namun sepertinya acara belum ada yang menarik perhatian saya, karena hanya panggung yang tidak ada artisnya dan beberapa stand yang menyajikan produk-produk unggulan Kota Semarang. Jadi saya hanya lewati saja Banjir Kanal Timur ini, lalu melanjutkan perjalanan saya menuju daerah Stasiun Poncol dan seketika muncul sebuah situs yang ingin saya kunjungi, salah satu masjid tertua di Semarang, namun saya lupa apa nama masjidnya. Hal yang saya ingat, masjid ini berada di Kampung Melayu di dekat Stasiun Poncol. Lalu muter-muterlah saya mengelilingi kampung melayu hanya dengan berbekal bayangan sebuah masjid yang sedikit kuno. Dan ketemulah sebuah masjid dengan sebuah menara yang terlihat tua di Jalan Layur. Masjid ini ternyata memiliki nama Masjid Layur namun masyarakat juga menyebutnya sebagai Masjid Menara, mungkin dikarenakan masjid ini memiliki sebuah menara yang terlihat berumur.
 |
| Masjid Layur di Jalan Layur |
Masjid Layur terletak tepat di jalan Layur dengan warna dinding hijau muda dan sebuah menara yang menjulang tinggi sekitar 10 m. Saya dapat menduga Masjid ini sudah berumur dari menaranya, menara mesjid ini sudah ditumbuhi beberapa tumbuhan liar serta atap dari menara ini terbuat dari semacam kayu atau pun ijuk berwarna hitam yang sudah tidak pernah digunakan di jaman sekarang. Masjid ini juga dikelilingi beberapa bangunan yang sudah terlihat kuno. Memang berdasarkan cerita warga, kampung ini dulunya digunakan sebagai tempat singgah para saudagar dari Arab, Tionghoa, Melayu, dan Yaman, sehingga banyak ditemui bangunan-bangunan kuno.
 |
| Nampak Masjid dari Pintu Gerbang |
Masjid Menara ini ternyata berdiri sejak abad 18. Masjid ini mulanya memiliki dua lantai, namun kondisi di pesisir Semarang yang mengalami penurunan tanah secara terus menerus menyebabkan daerah ini sering terendam rob (air pasang) sehingga Masjid Menara yang sekarang adalah lantai atas dari bangunan awal masjid. Sangat disanyangkan ketika sudatu cagar budaya terancam keberadaanya. Namun sepertinya peran serta masyarakat serta
stakeholder sekitar masjid sangat besar, terbukti dari terawatnya masjid ini sehingga terlihat sangat bersih tidak nampak bekas pemugaran atau pun bekar air rob.
 |
| Bangunan Utama Masjid Menara |
Ukuran bangunan utama masjid ini tergolong kecil, hanya sekitar 5x7 m. Bangunan ini memiliki pintu dan jendela yang terbuat dari kayu dengan gaya arsitektur khas Jawa kuno yang dicat hijau muda. Dinding dilapisi dengan keramik yang bermotif batu berwarna coklat kemerahan. Bagian dalam masjid ini terdapat empat tiang penyangga dan cat dinding berwarna putih dengan cat bagian atap berwarna hijau. Hijau nampaknya tema dari bangunan Masjid Menara ini.
 |
| Nampak Dalam Bagian Masjid Menara |
Masjid ini memeliki suasana yang sangat nyaman,
adem, dan tenang. Sangat pas bagi teman-teman yang ingin mencari ketengan di tengah hiru pikuk panasnya Kota Semarang. Apabila teman-teman ingin mengunjungi Masjid ini, teman bisa mengambil jalan dari Stasiun Poncol menuju ke arah Stasiun tawang, Perempatan Lampu Merah, teman-teman ambil ke arah kiri, lurus terus lalu menyebrang rel kreta api, lalu setelah itu ambil Jalan Layur dan anda susuri jalan ini dan teman-teman akan menemukan Masjid ini. Selamat beribadah sambil berwisata.
 |
| Prasasti Keputusan Walikota Nomor 35 |
 |
| orang numpang ngadem |
0 comments:
Post a Comment