7 Januari 2014.
Berangkat dari Kota Puruk Cahu kami menggunakan kendaraan 4WD. Sekedar informasi, Mobil 4WD merupakan mobil yang umum dijumpai di tanah Kalimantan. Kondisi jalan Kalimantan yang masih banyak berupa "offroad" menyebabkan mobil 4WD yang paling bisa diandalkan. Berangkat pukul 7 dan dijawdalkan sampai di tujuan pukul 09.30.
Seusai acara, kami pun dibagi menjadi beberapa kelompok lagi untuk menginap di rumah warga. Malam harinya saya menginap di rumah Bapak Lucas. Orang Dayak Siang ini sangatlah ramah kepada tamu. Dengan keramahan khas masyarakat pedesaan, Bapak Lucas menyambut kami dengan sangat hangat. Bercerita tentang keluarganya dan kehidupan masyarakat Desa Saruhung merupakan topik yang kami bicarakan hingga menjelang tidur. Menjadi satu-satunya peserta dari Indonesia, saya harus menjadi translator "ecek-ecek" yang apa adanya. hu hu hu.. Menjelang pukul 21.00 WIS, kami mulai "mujur" untuk tidur. Hanya beralaskan matras dan berselimut Sleeping Bag sudah sangat nyaman sekali, hingga suatu kemalangan menimpa saya. Pukul 2 malam saya merasakan "kontraksi" di kandung kemih yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Hal ini dikarenakan semenjak siang tadi belum sempat saya menguras "bak penampungan air". Gundah segundah-gundahnya menahan pipis ditempat dengan kamar mandi yang terpisah sejauh 100 m dan ditambah lagi saya merupakan orang dengan imajinasi horor yang sangat tinggi (kelar deeh). Namun yang namanya Power of Kepepet itu sangat ampuh, entah keberanian datang dari mana, saya keluar rumah dan menuju samping rumah untuk melakukan sebuah "kejahatan". Segala ijin dan doa hafalan yang saya ingat saya bacakan demi lancarnya hajat saya. Setelah selesai, segera saya masuk dan bersiap untuk tidur lagi.
Hari ini dimulai dengan berkemas untuk melanjutkan perjalanan ke Desa Saruhung. Mandi adalah hal yang penting hari ini, karena saya khawatir 7 hari ke depan saya tidak akan mandi karena tidak ada fasilitas. haha.
Sebelum berangkat, peserta field trip dibagi menjadi beberapa tim yang terdiri dari Mahasiswa Exeter, UNNES dan UNTAN. Kelompok saya terdiri dari saya sendiri, Toni (UNTAN), Joseph Haerderle, Charles Grant, Catherine Gisborne, Miranda Walter, Agnes Rutter dan Liza Crisp (Exeter University). Kami bertujuh akan menghabiskan hari-hari di hutan bersama-sama dan harus saling membiasakan dengan bahasa masing-masing.
![]() |
| Dari Kiri : Ardi, Toni. Agnes, Charles, Miranda, Chaterine, Joseph, Liza (Foto Oleh Frank Van Veen) |
Jalan menuju Desa saruhung merupakan jalan yang digunakan para perusahaan kayu untuk mengangkut hasil kayu dari hutan. Jalannya cukup lebar, namun masih belum diaspal. Dan di beberapa tempat, jembatan yang digunakan terbuat dari kayu glondongan dengan ukuran ekstra besar yang ditata sedemikian rupa menjadi jembatan. Selain itu karena musim hujan, beberapa titik jalan berlumpur dan sangatlah licin dan baru kali ini saya merasakan yang namanya "offroad" Supir benar-benar sangat terlatih, mobil beloknya kemana dan bannya membelok kemana, pokoknya seperti yang ada di Tivi-tivi. Ternyata memang hanya mobil 4WD yang paling cocok digunakan di daerah ini.
Jarang sekali ada permukiman di sepanjang jalan, misalkan ada pun jarak antar kampung sangatlah jauh. Hanya ada semak dan hutan. Entah bagaimana kehidupan para penduduk di sini menjalani hidup mereka sehari-hari, dengan kondisi yang sedemikian rupa sepertinya akan sangat sulit untuk mendapatkan akses infomasi, pendidikan, kesehatan atau pun logistik. Menurut info dari bapak supir, warga biasanya menyewa mobil untuk pergi kota dan biasanya dilakukan secara berkelompok. Benar-benar merasa bersyukur bisa hidup di Jawa dengan segala fasilitasnya.
Pukul 10.45 kami akhirnya sampai di desa tujuan, Saruhung. Meleset dari jadwal karena harus melakukan beberapa perijinan di kecamatan. Setibanya kami di Desa Saruhung, kami langsung digiring ke balai pertemuan yang ada di tengah desa untuk melakukan upacara penyambutan. Upacara ini dipimpin oleh tetua adat di Desa Saruhung. Upacara ini bertujuan untuk meminta restu kepada penguasa Gunung Bondang agar menjaga keselamatan peserta selama kegiatan. Seperti banyak ritual lainnya yang menggunakan sesaji dan hewan kurban, ritual ini juga menggunakan hal yang sama. Ayam hitam disembelih dan dikibas-kibaskan ke seluruh peserta agar mendapat perlindungan. Setelah itu di akhir acara, peserta disuguhi minuman tradisional yang bernama Anding. Minuman ini dibuat dari fermentasi beras yang dicampur dengan beberapa akar-akaran dan rempah-rempah yang membuat minuman ini kaya akan akohol dan rasa. Karena mengandung alkohol, saya jadi mencobanya, hahaha..
| Upacara Penyambutan |
Beginilah saya menghabiskan malam pertama daya di Sarung.


0 comments:
Post a Comment